Apakah Fungsi Kurikulum Dan Pendidik dalam pembelajaran

Baca Juga

Apakah  Fungsi Kurikulum Dan Pendidik dalam pembelajaran, Perangkatguru, Kurikulum K13
Apakah  Fungsi Kurikulum Dan Pendidik dalam pembelajaran
 

"Belajar dimanapun", pernyataan itu kerap kita dengar di kehidupan kita. "Belajar dimanapun" mempunyai pengertian jika, belajar tidak cuma didapat di dunia pengajaran resmi, tetapi didapat dari lingkungan warga dan keluarga (pengajaran non resmi). Lalu, apa sebagai pembanding di antara pengajaran resmi dan non resmi? Pengajaran non resmi, sebagai pengajaran yang dilaksanakan di pada lingkungan warga. Arah yang ingin diraih pada proses pengajaran non resmi, tidak diputuskan dengan cara tepat. Dalam pengertian, proses belajar di tengah warga tidak direncanakan secara struktural, terang dan terinci (untuk pengajar resmi dikenali dengan kurikulum).

contoh : Ragil Anantya Proses belajar di tengah warga mulai datang, saat pribadi dalam warga itu lakukan hubungan dan dinamika dengan sesamanya. Dalam dinamika dalam masyarakat, seorang pribadi akan mendapatkan suatu hal yang secara menyengaja atau tidak, bisa menambahkan wacana untuk pribadi itu. Hal yang juga sama terjadi dalam dinamika keluarga. Keluarga, dalam masalah ini beberapa orangtua, tidak menulis sebuah perancangan evaluasi secara struktural, terang dan terinci. Tetapi evaluasi sendirinya akan dijumpai, saat terjadi hubungan dalam keluarga.

Lalu, bagaimana dengan pengajaran resmi? Dalam bukunya Nana Syaodih, yang dengan judul Peningkatan Kurikulum; Teori dan Praktik, menerangkan beberapa ringkasan terkait dengan pengajaran resmi. Pertama, pengajaran resmi mempunyai perancangan pengajaran atau kurikulum tercatat yang tersusun secara struktural, terang, dan terinci. Ke-2 , dikerjakan secara resmi, terkonsep, dan ada yang memantau dan memandang. Ke-3 , diberi oleh pengajar atau guru yang mempunyai pengetahuan dan ketrampilan khusus di pada lingkungan tertentu, dengan sarana dan alat dan beberapa aturan permainan tertentu juga. Kurikulum atau perancangan resmi dan tercatat sebagai ciri-ciri khusus pengajaran di sekolah.

Dalam kata lain, kurikulum sebagai persyaratan mutlak untuk pengajaran di sekolah. Jadi bisa disebutkan, kurikulum jadi hal yang tidak dipisahkan dari pengajaran atau edukasi. Begitu, bisa kita pikirkan, bagaimana jadi wujud penerapan satu pengajaran atau edukasi di sekolah tanpa kurikulum?

Kurikulum sebagai piranti mata pelajaran dan program pengajaran yang diberi oleh satu instansi pelaksana pengajaran. Program itu berisi perancangan pelajaran yang bakal dikasih ke peserta didik pada sebuah masa tingkatan pengajaran. Dengan program itu, beberapa pelajar-siswi lakukan bermacam aktivitas belajar hingga terjadi pengubahan dan perubahan perilaku pelajar, sesuai arah pengajaran dan evaluasi. Dalam kata lain, sekolah sediakan lingkungan untuk pelajar dan memberi peluang untuk belajar. Pengaturan piranti mata pelajaran ini disamakan dengan kondisi dan kekuatan tiap tingkatan pengajaran dan keperluan lapangan pekerjaan.

Teori dan tujuan diselenggarakannya kurikulum itu, terangnya sebuah ide yang baik sekali. Karena ada satu standard di dunia pengajaran, kita bisa ketahui dan pahami, ke mana arah pengajaran satu negara akan dibawa. Disamping itu, kurikulum menolong kita ketahui, manusia muda apakah yang akan dibuat. Teramat kerap kita dengar, teori selalu lebih cantik atau bahkan juga lebih gampang ditulis dan disebutkan dibanding mewujudkannya pada kehidupan riil. Saat kita sudah tahu kurikulum sebagai dasar penerapan dalam dinamika akademis benar-benar dibutuhkan, sebaiknya bila kita menanyakan berkaitan implementasi kurikulum di negeri ini.

Apa kurikulum yang diputuskan oleh pemerintahan sudah terealisasikan secara penuh? Apa peraturan kurikulum yang diputuskan oleh pemerintahan jadi simpatisan? Atau justru jadi penghalang pada proses evaluasi dalam dunia akademis? Dan pertanyaan yang paling esensial adalah, kenapa kurikulum kerap bertukar? Adakah permainan politik didalamnya?

Kita sudah kenali bersama, saat bicara mengenai pengajaran, akan bicara juga mengenai kurikulum dan "accessories" pendukungnya. Segala hal yang bertautan dengan dunia pengajaran, sering kali ada permasalahan. Mari kita ambil contoh persoalan yang ada di dunia pengajaran saat ini. Kurikulum yang kerap bertukar adalah sebuah permasalahan yang terjadi di Indonesia. Harus dipahami, kurikulum bukan jadi salah satu permasalahan yang ada di dunia pengajaran. Permasalahan di dunia pengajaran benar-benar bermacam dan kompleks. Dalam tulisan ini, kita cuman mengulas mengenai kurikulum dan pengajar.

Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Demikian semboyan bapak pengajaran kita. Beliau menyaksikan pengajaran untuk alat memerdekakan manusia. Seorang pengajar (dalam soal pengajaran formal), seharusnya arahkan semua proses evaluasi ke arah usaha memerdekakan golongan didiknya. Hal itu harus hukumnya, ingat akar awalnya dari sebuah pengajaran ialah memanusiakan manusia. Demikian kata Driyarkara. Hal seirama disebutkan oleh Paulo Freire, pengajaran sebagai alat untuk melepaskan golongan tertindas. Oleh karenanya, pengajar sebagai artis khusus dalam usaha untuk memerdekakan manusia muda. Saat beberapa pengajar disibukan dengan penggantian kurikulum, karena itu siapakah yang bakal memanusiakan manusia muda? Saat Implikasi kurikulum tidak terealisasikan secara detail di Indonesia, bagaimana manusia muda bisa dimanusiakan?

Penulis pahami, sesungguhnya tiap peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintahan selalu "baik" (untuk siapa) dan sudah diperhitungkan matang-matang. Kita juga kerap dengar, penggantian kurikulum disamakan dengan perubahan dunia. Maksudnya baik, supaya angkatan Indonesia dapat berkompetisi pada zaman kedepan. Tetapi, yang penting diingat ialah, kurikulum kita selalu berubah-ubah, hal yang lebih menyedihkan adalah, penggantian kurikulum diimbangi dengan penggantian pengurus negara atau menteri.

Analoginya ini, Bila sang A yang pimpin karena itu kurikulumnya B, bila sang C yang pimpin karena itu kurikulumnya D. Hal itu benar-benar memprihatinkan. Kita mengambil contoh, kota A sudah memakai kurikulum B sepanjang sekian tahun, saat kurikulum B ini sampai ke kota Z dan baru diaplikasikan beberapa waktu, terjadi penggantian kurikulum kembali. Demikian selanjutnya. Bila kasusnya begitu, bagaimana beberapa pengajar bisa memanusiakan manusia? Bagaimana kemungkinan peranan kurikulum bisa terealisasikan?

Peraturan pemerintahan "baik" ada, tetapi yang penting disaksikan ialah keperluan warga semua Indonesia. Pengajaran sebagai napasnya satu negara. Saat mekanisme pengajarannya kacau-balau, karena itu kacau-balau juga negara itu. Kurikulum sebaiknya diaplikasikan dalam periode waktu lama, dan lengkap. Dengan begitu, peranan kurikulum bisa terealisasikan secara penuh. Kata akhir, pengajaran harus memanusiakan manusia bukan memenjarahkan.

penulis : Benediktus Fatubun

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url
Related Post